SINOPSIS
KETOPRAK
KRIDA CARITA
” PERANG TAMBAK BERAS HARYO NAMBI
MBALELO”
Diceritakan di sebuah
Padhepokan Gunung Lawu,
Kembang Sore dan Anurogo yang dilanda nandang
asmara tengah saling memadu kasih di salah satu sudut padhepokan. Tiba-tiba
datanglah seorang lelaki yang murka melihat Anurogo dan Kembang Sore saling
mencintai. Dia adalah Andikan Bhayangkara ,teman seperguruan di padhepokan
tersebut. Perkelahian antara Anurogo dan Andikan Bhayangkara pun tidak
terelakkan. Hingga dilerai oleh Bapa (guru di Padhepokan tersebut) atau yang
bernama Ki Hajar Wungkuk, tidak boleh saling mencintai antar murid sepeguruan,
maka dari itu Bapa tidak memberi Restu untuk Kembang Sore dan Anurogo. Mulailah
Bapa bercerita kepada ketiga muridnya.
Zaman dahulu di Kadipaten Tuban, Adipati Ronggolawe yaitu
ayah dari Anurogo dan Kembang Sore ditantang oleh Kebo Anabrang. Dia
adalah Bupati Papringan di Tuban dan menantang Adipati Ronggolawe untuk
memperebutkan Majapahit, kemudian mereka berdua perang. Sebelum berperang
dengan Kebo Anabrang, Adipati Ronggolawe dicegah oleh kedua istrinya. Istri
yang pertama bernama Ajeng Bendaraguru yaitu ibu dari Anurogo sedangkan istri
yang kedua bernama Ajeng Tirtowati yaitu ibu dari Kembang Sore. Tetapi, Adipati
Ronggolawe tidak bisa dicegah dan kedua istrinya menangisi kepergian Adipati
Ronggolawe untuk berperang dengan Kebo Anabrang. Dan Adipati Ronggolawe mati
dibunuh oleh Kebo Anabrang, lalu Kebo Anabrang mati dibunuh oleh Ki Hajar
Wungkuk ayah dari Andikan Bhayangkara. Ki Hajar Wungkuk menolong kedua istri
Ronggolawe dan diajak naik ke Gunung Lawu, sebelum naik ke Gunung Lawu nama
kedua anak istri Ronggolawe diubah oleh Ki Hajar Wungkuk menjadi (Uda
Anjangpiani) Anurogo dan (Ingatiwati) Kembang Sore diharapkan bisa
menyelamatkan Kabupaten Tuban.
Setelah menceritakan kepada Anurogo dan Kembang
Sore, Bapa merasa bersalah karena Anurogo dan Kembang Sore saling mencintai
padahal Bapa berencana menjodohkan Kembang Sore dan Andikan Bhayangkara anaknya
namun Kembang Sore tidak mau. Bapa juga mengutarakan pesan kepada anurogo dan
Kembang Sore dari sang ayah untuk membahagiakan kedua anaknya dan Bapa
mendoakan keselametan untuk semuanya. Karena Kembang Sore tidak mau dijodohkan
maka dia pergi ke hutan.
Disisi lain di Kerajaan Lumajang, Patih Yudopraja
(Adipati Lumajang) sedang melaporkan keadaan di Lumajang kepada Harya Nambi
(Kadipaten Lumajang). Patih Yudopraja melaporkan keadaan di Lumajang aman,
tentrem, dan daerahnya subur melimpah dengan hasil panen tidak ada kekurangan
apapun dan tidak pernah ada bencana besar bisa dikatakan makmur sentosa. Tiba-tiba
Ramapatih datang ke Kerajaan Lumajang dan berbicara kepada Patih Yudopraja dan
Harya Nambi, kemudian Ramapati bermaksud untuk mengadu domba antara Kerajaan
Lumajang dan Majapahit dikarenakan dia tidak suka jika kedua kerajaan tersebut
bersatu dan hidup rukun. Ramapatih berbicara kepada Harya Nambi bahwa sudah tidak
ada gunanya ke Majapahit dan Jayanegara sudah berubah, Ramapatih juga
mengungkit kalau dulu Harya Nambi pernah menjadi Patih mangkubumi di Majapahit
dan dilorot menjadi Adipati di Lumajang berhasil menghasutnya. Lalu Harya Nambi
mangatakan kalau Jayanegara sudah mbalelo,
mengutus Patih Yudopraja untuk ke Majapahit dan membicarakan kepada Jayanegara.
Ditengah-tengah perjalanan Patih Yudopraja bertemu
dengan salah satu Patih Lembu Pengarsa dan mengungkapkan keinginannya untuk
membunuh Sembahan Majapahit (Jayanegara) namun Patih Majapahit tersebut murka
dan terjadilah perang.
Di Majapahit, Ramapatih bertemu dengan Jayanegara
dan bermaksud untuk menghasut atau mengadu domba. Tiba-tiba datang Patih Lembu
Pengarsa yang memberi tahu bahwa Kerajaan Lumajang sudah mbalelo dan menjadikan Jayanegara murka, lalu menginginkan perang
antara Maajapahit dan Lumajang, tetapi Ramapatih menghalangi niat Jayanegara
tersebut, dikarenakan Ramapatih menganggap rendah terhadap jabatan Harya Nambi
sebagai Bupati Lumajang. Kemudian Ramapatih mengusulkan untuk menggantikan
Harya Nambi dengan Kebo Taruna., putra dari Kebo Anabrang. Dan Jayanegara
mengangkat Kebo Taruna untuk menjadi senopati di Majapahit.
Dengan penuh kepercayaan untuk membela Kraton
Majapahit, Kebo Taruna sebagai Senopati Agung berangkat ke Kadipaten Lumajang
untuk menumpas Harya Nambi, Adipati Lumajang. Di tengah perjalanan, bertemulah
Kebo Taruna dan Harya Nambi Sang Adipati Lumajang. Karena hasutan Ramapatih,
Kebo Taruna dan Harya Nambi bertarung.
Keinginan kuat dari Kebo Taruna untuk membunuh Harya
Nambi, membuat Harya Nambi ketakutan dan lari. Setibanya di Kadipaten Lumajang,
Harya Nambi bertemu dengan anaknya dan menyuruh untuk merayu Kebo Taruna. Kemudian Kebo Taruna bertemu anak dari Adipati Harya
Nambi, Endang Parmiati. Dengan segala cara Endang Parmiati merayu Kebo Taruna
untuk menggagalkan niatnya untuk membunuh Harya Nambi dan membuat jatuh hati
kepada Endang Parmiati. Adipati Harya Nambi juga menghasut Kebo Taruna dengan
agar berbalik menyerang Kraton Majapahit. Setelah Kebo Taruna terhasut dan
jatuh cinta kepada Endang Parmiati, Kebo Taruna dengan segenap emosi dari hasutan
dan kembali ke Majapahit.
Di Kadipaten
Majapahit, Lembu Pangarsa tidak terima dengan Kebo Taruna yang berbalik
memberontak Majapahit. Dewi Tarwati merasa iba atas tindakan yang dilakukan
oleh suaminya Kebo Taruna. Dia berusaha untuk mengingatkan suamiya, karena dia
telah di adu domba oleh Harya Nambi dengan kejadian yang dialami oleh kedua
orang tuanya hingga meninggal. Perang mulut antara Kebo Taruna dan Dewi Tarwati
semakin menjadi-jadi ketika istrinya memaksa Kebo Taruna untuk meminta maaf
kepada Prabu Jayanegara. Sementara Lembu
Pangarsa mengadu ke Prabu Jayanegara, datang seorang lelaki muda yang menghadap
Prabu Jayanegara bermaksud untuk menawarkan diri menumpas Kebo Taruna dan
Adipati Harya Nambi. Pemuda tersebut adalah Anurogo yang telah diperintahkan Ki
Hajar Wungkuk membantu Kerajaan Majapahit. Bersama Andikan Bhayangkara, Anurogo
mengalahkan Kebo Taruna. Mengetahui Kebo Taruna tewas di tangan pemuda utusan
Kraton Majapahit, Adipati Harya Nambi.melawan dua pemuda tersebut, namun
akhirnya Adipati Harya Nambi pun bisa diringkus dan dibawa ke hadapan Prabu
Jayanegara.
Disisi lain, Anurogo mempersatukan antara Andikan
Bhayangkara dengan Kembang Sore. Dan ternyata Kembang Sore mencintai Andikan
Bhayangkara, setelah kehilangan Andikan Bhayangkara. Akhirnya mereka berdua
hidup bahagia dan saling mencintai. Lalu, Anurogo mengajak Andikan Bhayangkara
untuk menemui Prabu Jayanegara dan menceritakan Kebo Taruna yang hampir
menyelakai mereka dan mengalahkan Kebo Taruna.
Akhir cerita, Adipati Harya Nambi dan Prabu Jayanegara
sama-sama mengetahui bahwa masalah disebabkan oleh hasutan dari Ramapatih. Anurogo
diberikan tahta menjadi Adipati Tuban, dan Andikan Bhayangkara diberikan tahta
untuk menjadi patih di Kerajaan Majapahit oleh Prabu Jayanegara. Dan Prabu
Jayanegara sudah memaafkan kesalahan Kebo Taruna sesuai aturan kadipaten
mendapat dari Kerajaan Majapahit dan saling bersalaman dengan pihak Lumajang
kemudian berbaikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar